BERANI MENGKRITIK DIRI SENDIRI

"TAK ada yang salah dengan saya selama ini. Saya tidak pernah mendapat keluhan dari teman-teman. Berarti, saya tak perlu mengevaluasi diri," ujar seorang teman ketika ditanya apakah ia pernah melakukan kritik pada diri sendiri.
Padahal, menurut psikolog Dewi Kumaladewi, mengkritik diri sendiri atau tepatnya mengevaluasi diri perlu dilakukan seseorang, tanpa harus menunggu datangnya sebuah kesalahan. Apalagi, budaya orang Indonesia yang disebut ewuh-pakewuh, enggan menunjukkan kesalahan orang lain, saat ini masih banyak dipegang. Belum banyak orang berani mengritik temannya dengan terang-terangan. Alih-alih mendapat ucapkan terima kasih, bisa-bisa mendapat dampratan balik atau malah mendapat musuh.
Nah, jika begitu kondisinya, kalau menunggu orang mengritik, kita baru melakukan introspeksi diri, bisa-bisa hal itu tak akan pernah terjadi.
"Mengritik diri sendiri sangat penting dilakukan jika kita mau maju. Istilah yang lebih tepat adalah introspeksi atau evaluasi diri," kata Dewi.
Banyak manfaat jika kita berani melakukan evaluasi terhadap apa yang telah kita lakukan selama ini. Salah satunya keinginan untuk maju karena mendapati banyak kekurangan yang mungkin kita miliki. Bertumpu pada kesalahan di masa lalu, kita bisa melakukan perbaikan di masa depan.
Menurut Dewi, kemampuan mengenal diri sendiri, termasuk menilai kesalahan sendiri, tergantung dari tingkat kecerdasan intrapersonal seseorang.
"Ada orang yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi. Ada pula yang rendah," kata Dewi. Berani melakukan evaluasi, berarti juga mengasah kecerdasan intrapersonal.
Banyak yang tak tahan mendengar kritik dari orang lain. Apa pun jenis kritik tersebut, apakah membangun atau menjatuhkan, tetap ada manfaatnya bagi seseorang.
Apakah kritik dari orang lain atau kritik diri sendiri yang efektif dijadikan pegangan evaluasi diri?
"Akan lebih bermanfaat jika keduanya bisa dilakukan oleh seseorang, yaitu mengevaluasi diri dan terbuka terhadap kritik orang lain. Ibarat bercermin, kita harus mau melihat dari berbagai sudut," kata Dewi menyarankan.
Lalu, bagaimana agar langkah mengevaluasi diri tersebut bisa efektif? Dewi memberikan trik dan tips untuk melakukannya.
1. Buatlah daftar perilaku kita sehari-hari. Lebih baik lakukan pada malam hari, setelah melakukan aktivitas di siang harinya. Inventarisasi perilaku, antara yang bernilai positif dan negatif dalam dua buah lajur.
2. Buat daftar reaksi atau respons dari orang lain terhadap perilaku kita tersebut. Apakah respons positif atau negatif?
3. Kalkulasikan jumlah yang positif dan negatif tersebut.
4. Pada akhir minggu atau akhir bulan, buat grafik nilai-nilai tersebut (positif-negatif). Perhatikan mana yang progresivitasnya menampakkan kenaikan yang signifikan. Jika progesivitas sisi negatif yang lebih banyak, berarti Anda harus menguranginya. Pertahankan nilai-nilai yang positif, bahkan usahakan naik.
5. Evaluasi ini akan efektif jika kita selalu melihat perubahan-perubahan dari lingkungan selama kita mampu mengubah perilaku.
6. Lakukan evaluasi tanpa menunggu kita melakukan banyak kesalahan yang memancing reaksi negatif orang. Lakukan segera mulai malam ini.

0 comments: