BBM = Beban Berat Masyarakat

RENCANA pemerintah mengurangi subsidi BBM, sudah menuai protes dari seluruh kalangan masyarakat. Sopir-sopir angkutan umum, mahasiswa, hingga ibu-ibu rumah tangga, menuntut pemerintah membatalkan rencana itu. Pemerintahan SBY-JK pernah berjanji tidak akan menaikkan harga BBM pada tahun 2008. Akan tetapi melihat naiknya harga minyak dunia yang membengkakkan APBN, apa mau dikata? Melihat dari segala sisi, salah satu jalan untuk mengatasinya adalah mengurangi subsidi BBM.
Namun, melihat pengalaman yang sudah-sudah, naiknya harga BBM sangat memengaruhi sektor-sektor lain. Yang paling berpengaruh pada anak sekolah yaitu jasa transportasi atau angkutan umum. Naiknya harga BBM berarti naik pula tarif angkutan umum. Selain jasa transportasi, harga sembako pun ikut-ikutan naik.
Nah jika sudah seperti ini siapa yang dirugikan? Orang miskinkah? Nampaknya, kesejahteraan makin hari makin menjadi barang mahal di Indonesia. Orang yang kaya semakin sejahtera dan orang yang miskin semakin merajarela. Seiring dengan rencana kenaikan BBM, pemerintah sudah menyiapkan bantuan untuk rakyat miskin. Bantuan langsung tunai (BLT) merupakan solusi yang dikeluarkan pemerintah, tapi apakah BLT itu harus benar-benar diadakan? Dengan kurangnya sosialisasi yang baik dan masih banyaknya orang miskin yang belum pernah mendapatkan BLT, apakah ini kebijakan yang baik? Apakah ini tidak akan membuat warga yang miskin semakin malas?
Sebuah dilema memang. Jadi kita sebagai kaum penerus harus bagaimana? Ikut demo penolakan naik harga BBM, mencari solusi selain menaikkan harga BBM atau diam diri seolah itu bukan urusan kita? Tetapi melihat demo yang tidak efektif, berusaha tuk diam diri pun tak kan menyelesaikan masalah. Mungkin salah satu cara yang bisa kita lakukan hanyalah berhemat, dengan cara mengurangi penggunaan listrik, mengurangi penggunaan kendaraan, jika tidak terlalu diperlukan. Dengan cara itu kita bisa menghemat sumber tenaga yang makin lama makin menipis. Ya mungkin hanya itulah yang bisa kita sebagai masyarakat kecil lakukan. ***

0 comments: