PEMIMPIN TEGAS ITU TELAH TIADA

JAKARTA 20 MEI 2008
"Saya kesepian sekarang. Angkatan ’45 telah habis."
UNGKAPAN itu dikemukakan mantan Gubernur Jabar Solihin G.P. atas meninggalnya mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Almarhum yang akrab disapa Bang Ali tersebut, meninggal dunia di Gleneagles Hospital di Singapura, Selasa (20/5) pukul 18.30 waktu setempat. Bang Ali meninggal akibat penyakit yang dideritanya satu bulan terakhir.
Hal tersebut disampaikan salah seorang anak Bang Ali, Edi Sadikin, yang memberikan kabar meninggalnya ayahnya itu kepada Kapospol Menteng AKP M. Nababan. "Sudah satu bulan beliau dirawat di sana akibat menderita komplikasi," kata Nababan, menirukan pernyataan Edi di rumah duka, Jln. Borobudur No 2, Menteng, Jakarta, Selasa (20/5).
Menurut anak sulung almarhum, Boy Bernadi Sadikin, jenazah Ali Sadikin akan tiba di Jakarta pada Rabu (21/5). Jenazah akan diterbangkan dengan pesawat Garuda.
"Jenazah bapak akan dibawa pulang dengan pesawat Garuda. Baru akan tiba besok pukul 9.00 WIB, dari sana pukul 7.00 waktu Singapura," ujar Boy, di rumah duka, Jln. Borobudur, Jakarta.
Boy mengatakan, sebelum dimakamkan di TPU Tanah Kusir, jenazah ayahnya akan disemayamkan di rumah duka. "Saya belum tahu dimakamkan jam berapa," katanya.
Pada kesempatan itu, Boy membantah ayahnya meninggal dunia karena penyakit komplikasi. "Tidak ada komplikasi. Itu karena cangkok ginjal," ungkapnya.
Boy menjelaskan, almarhum pernah menjalani cangkok ginjal di Cina. Mestinya, menurut dia, ayahnya harus check up rutin.
"Tetapi, bapak tidak mau. Lalu, dokter menyarankan untuk memeriksa ke Singapura saja. Akhirnya, bapak kontrol ke Singapura," papar Boy.
Sejumlah kerabat dan keluarga almarhum sudah berdatangan di rumah duka di Jln. Borobudur No 2, sejak pukul 19.00 WIB. Isak tangis keluarga pun terdengar. Rumah bercat putih itu juga mulai dipenuhi wartawan yang hendak meliput.
Selain itu, rangkaian bunga dukacita juga berdatangan dari berbagai tokoh, di antaranya karangan bunga datang dari keluarga mantan Presiden Soeharto.
Segala persiapan untuk menyemayamkan jenazah sudah terlihat. "Saya harus menyiapkan segala sesuatunya. Pak Camat dan Pak Lurah sudah menyiapkan segala sesuatunya," kata Wali Kota Jakarta Pusat Silviana Murni.
Menurut Silviana, tokoh kelahiran Sumedang Jawa Barat tersebut, akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Rabu (21/5). "Akan dimakamkan besok di Tanah Kusir. Saya sudah koordinasi dengan Wali Kota Jakarta Selatan," kata Silviana.
Sementara itu, satu peleton Marinir telah disiapkan untuk mengawal jenazah tokoh Petisi 50 tersebut. "Kita belum tahu mau ditempatkan di mana. Jenazah akan langsung dibawa ke Jalan Borobudur atau ke Pejaten (kediaman Ali Sadikin yang lain)," kata Asisten Logistik Korps Marinir Kolonel Suryo Aji.
Pemimpin tegas
Rasa kehilangan yang mendalam diungkapkan Solihin G.P. Di mata mantan Gubernur Jabar periode 1970-1975 tersebut, Ali Sadikin merupakan pemimpin yang memiliki ketegasan dan seorang prajurit yang baik. Selain menjabat gubernur dalam waktu yang bersamaan, keduanya pernah terlibat dalam berbagai operasi militer.
"Beliau memiliki ketegasan karena sadar benar akan tanggung jawab sebagai pemimpin. Tidak ada yang perlu ditakuti, sebab pemerintahan dijalankan dengan bersih," kata Solihin.
Meski bersahabat baik, Solihin menuturkan, saat sama-sama menjabat gubernur, tidak jarang keduanya berselisih. Persoalan perbatasan menjadi pemicu utama. Salah satu peristiwa yang terekam jelas di ingatan Solihin adalah saat keduanya saling menantang untuk memastikan lebih banyak mana daerah yang dituju mobil saat akhir pekan.
"Pertamanya, beliau mengajak saya berdiri di perbatasan dan melihat secara langsung ke mana mobil lebih banyak pergi saat akhir pekan. Ke Jakarta atau ke Jabar," ujar Solihin.
Ia bercerita, waktu itu Ali Sadikin merestui berdirinya kasino dan klub malam di Jakarta. Alhasil, lebih banyak mobil meluncur dari Jabar ke Jakarta. Akan tetapi, tidak lama berselang, gantian para penghuni ibu kota yang menyerbu Bandung. "Sejak sektor pariwisata di Jawa Barat, khususnya Puncak, digarap dengan sungguh-sungguh, mulailah orang-orang Jakarta beralih pergi ke Jabar saat akhir pekan," ungkap Solihin.
Meski kerap berselisih pemikiran, kepergian Ali bagi Solihin tetaplah merupakan kepergian seorang teman seperjuangan. "Saya kesepian sekarang. Angkatan ’45 telah habis," ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Jabar Uu Rukmana mengatakan, ia merasa kehilangan atas meninggalnya Ali Sadikin. Menurut Uu, Ali adalah sosok pemimpin yang tegar, tegas, berdedikasi, dan penuh keberanian. Beberapa kebijakannya kontroversial, namun ia yakin akan atas segala keputusan yang ia ambil.
Saat dihubungi semalam, Uu mengatakan, Ali Sadikin sering berbeda pendapat dengan mantan Presiden Soeharto. Saat itu, Soeharto adalah orang yang ditakuti dan tidak ada yang berani melawannya. Siapa yang berani melawan akan ditangkap. Ali Sadikin berani melawan Soeharto, namun Soeharto tidak berani menangkap Ali. Hal itu disebabkan Soeharto takut rakyat Jabar akan ngamuk jika ia berani menangkap Ali Sadikin.
Uu mengaku ia sangat mengidolakan Ali Sadikin. "Dua tokoh Sunda yang saya kagumi adalah Oto Iskandar Dinata dan Ali Sadikin. Saya pernah berselisih dengan Ali Sadikin, tetapi tak lama. Dia menganggap masalahnya selesai karena saya berani mendatanginya untuk menyelesaikan masalah. Mang Ali malah ngajak saya makan," ungkap Uu.
Uu menyampaikan rasa dukacita mendalam atas kepergian Ali Sadikin. Ia berpendapat, bangsa Indonesia, khususnya Jawa Barat, kehilangan salah seorang putra terbaiknya.
"Semoga Mang Ali diterima di sisi Allah SWT. Ia meninggal saat Hari Kebangkitan Nasional. Menurut saya, Ali Sadikin adalah salah satu tokoh Kebangkitan Bangsa ini," kata Uu, yang telah mengenalnya saat Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

0 comments: